Bayangkan seorang pria yang secara sukarela menjadi “target” gigitan dan suntikan racun ular paling mematikan di dunia. Pria ini telah mengalami lebih dari 200 gigitan dan 700 suntikan racun dari berbagai spesies ular, termasuk mamba, kobra, taipan, dan krait. Tujuannya? Mengembangkan antibodi yang dapat menyelamatkan nyawa jutaan orang.
Keberanian dan pengorbanan Tim Friede, seorang ahli racun ular dari Wisconsin, Amerika Serikat, telah menghasilkan penemuan revolusioner di bidang pengobatan gigitan ular. Antibodi yang dihasilkan tubuhnya mampu menetralisir racun dari berbagai spesies ular, membuka jalan bagi pengembangan antibisa yang lebih efektif dan menyelamatkan nyawa.
Petualangan Berisiko Tinggi Demi Kemanusiaan
Perjalanan Tim Friede dimulai sekitar tahun 2000, saat ia mulai mengumpulkan ular berbisa. Ia secara bertahap menyuntikkan racun yang diencerkan ke dalam tubuhnya, meningkatkan dosis secara perlahan untuk membangun kekebalan.
Selain suntikan, ia juga membiarkan dirinya digigit ular. Proses ini tentu saja sangat berisiko. Bahkan, ia pernah hampir kehilangan nyawanya setelah digigit ular kobra Mesir, yang membuatnya koma selama empat hari.
Friede terdorong oleh keinginan untuk mengembangkan terapi yang lebih baik untuk korban gigitan ular di seluruh dunia. Baginya, ini adalah sebuah panggilan untuk membantu mereka yang hidup di daerah terpencil dan kekurangan akses perawatan medis yang memadai.
Antibodi Super: Harapan Baru Penangkal Racun Ular
Keberhasilan Friede menarik perhatian para ilmuwan di Centivax. Mereka menyadari potensi luar biasa dari antibodi yang telah dibentuk tubuhnya selama hampir dua dekade.
CEO Centivax, Jacob Glanville, menggambarkan Friede sebagai pendonor unik dengan riwayat kekebalan yang luar biasa. Tubuhnya telah menghasilkan antibodi yang efektif melawan beberapa neurotoksin ular secara bersamaan.
Para peneliti mengisolasi antibodi dari darah Friede dan mengujinya pada tikus yang disuntik racun dari 19 spesies ular paling berbisa di dunia.
Hasilnya sangat menjanjikan. Antibodi tersebut memberikan perlindungan penuh terhadap 13 dari 19 spesies ular, dan perlindungan parsial terhadap enam spesies lainnya.
Revolusi Pengobatan Gigitan Ular
Antibisa yang dikembangkan dari antibodi Friede memiliki potensi besar untuk mengurangi reaksi alergi. Antibisa konvensional seringkali dibuat menggunakan kuda atau hewan lain, yang dapat menyebabkan reaksi alergi pada manusia.
Steven Hall, pakar gigitan ular dari Universitas Lancaster, Inggris, menyebut penemuan ini sebagai potensi revolusi dalam pengobatan gigitan ular. Jika berhasil diuji klinis dan digunakan pada manusia, antibisa ini akan menjadi terobosan besar.
Setiap tahun, sekitar 200.000 orang meninggal akibat gigitan ular, sementara 400.000 lainnya mengalami kecacatan permanen. Kebanyakan kasus terjadi di negara-negara berkembang. Penelitian ini menawarkan secercah harapan untuk mengurangi angka kematian dan kecacatan tersebut.
Meskipun masih memerlukan uji klinis lebih lanjut, penemuan ini memberikan optimisme besar terhadap masa depan pengobatan gigitan ular. Keberanian dan dedikasi Tim Friede telah membuka jalan menuju pengobatan yang lebih efektif dan menyelamatkan banyak nyawa.