Niantic, pengembang game populer Pokemon Go, baru-baru ini mengumumkan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 68 karyawannya. PHK ini merupakan bagian dari restrukturisasi perusahaan yang tengah dijalankan.
Langkah ini diambil setelah Niantic diakuisisi oleh Scopely, pengembang game Monopoly Go, dengan nilai transaksi mencapai USD 3,5 miliar atau sekitar Rp 59 triliun. Akuisisi ini menjadikan Scopely sebagai pemilik dari beberapa game Niantic yang populer, termasuk Pokemon Go, Monster Hunter Now, dan Pikmin Bloom.
Restrukturisasi Niantic dan Fokus Baru pada AI Geospasial
CEO Niantic, John Hanke, menjelaskan bahwa PHK ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi operasional perusahaan dan memfokuskannya sebagai ‘organisasi rintisan’. Karyawan yang terkena dampak PHK akan meninggalkan perusahaan pada tanggal 20 Mei 2025.
Hanke menekankan bahwa keputusan ini sulit dan sama sekali tidak mencerminkan kinerja individu yang di-PHK. Ia memahami dampak signifikan yang ditimbulkan terhadap kehidupan para karyawan yang terdampak.
Setelah diakuisisi, Niantic berganti nama menjadi Niantic Spatial. Perusahaan ini akan beralih fokus ke pengembangan bisnis kecerdasan buatan (AI) geospasial.
Langkah ini didukung oleh investasi sebesar USD 250 juta, dengan USD 50 juta berasal dari Scopely dan sisanya dari keuangan Niantic sendiri. Investasi ini diharapkan dapat memperkuat langkah Niantic Spatial dalam mengembangkan teknologi AI geospasial.
Dampak Akuisisi Scopely terhadap Niantic
Meskipun terjadi PHK, karyawan yang bekerja langsung pada pengembangan game Pokemon Go, Monster Hunter Now, dan Pikmin Bloom tetap dipertahankan. PHK ini terutama menyasar staf yang terlibat dalam proyek-proyek lain di Niantic.
Keputusan untuk melakukan PHK sebenarnya telah dikomunikasikan kepada karyawan Niantic sejak proses akuisisi Scopely masih berlangsung. Hal ini memberikan waktu bagi karyawan untuk mempersiapkan diri menghadapi perubahan tersebut.
Dengan perubahan fokus ke AI geospasial, Niantic Spatial bermaksud menciptakan peta yang dapat dipahami oleh mesin. Hal ini akan mendukung pengembangan berbagai teknologi, mulai dari kacamata pintar hingga robot humanoid.
Hanke menjelaskan bahwa teknologi AI yang berkembang pesat membutuhkan jenis peta baru yang memungkinkan mesin untuk memahami dan menavigasi dunia fisik.
Tantangan dan Peluang di Era AI Geospasial
Perubahan arah Niantic menuju teknologi AI geospasial menunjukkan tren perkembangan teknologi yang semakin pesat. Industri game dan teknologi navigasi semakin terintegrasi dengan kecerdasan buatan.
Langkah ini menunjukkan peluang besar di bidang teknologi AI geospasial yang mampu menciptakan inovasi baru di berbagai sektor. Namun, hal ini juga membawa tantangan tersendiri bagi Niantic dalam beradaptasi dan bersaing di pasar yang kompetitif.
Meskipun PHK merupakan langkah yang sulit, restrukturisasi dan pergeseran fokus Niantic ke AI geospasial mencerminkan adaptasi perusahaan terhadap perkembangan teknologi terkini. Masa depan Niantic Spatial akan bergantung pada keberhasilannya dalam mengembangkan teknologi AI geospasial yang inovatif dan bermanfaat.
Keberhasilan ini akan menentukan dampak jangka panjang dari akuisisi Scopely dan perubahan arah strategis Niantic. Semoga langkah ini membawa Niantic Spatial pada kesuksesan di era teknologi AI yang terus berkembang.