Setiap iPhone yang kita genggam hari ini, membanggakan label “Designed by Apple in California.” Namun, realitas produksi perangkat ikonik ini jauh lebih kompleks daripada sekadar desain di Amerika Serikat.
Mayoritas iPhone, diperkirakan mencapai 9 dari 10 unit dari total penjualan lebih dari 220 juta unit per tahunnya, diproduksi di China. Meskipun sempat ada kekhawatiran terkait tarif impor di masa pemerintahan Trump, untuk saat ini, produksi dan penjualan iPhone masih berjalan lancar.
Ambisi Amerika dan Realita Rantai Pasokan Global
Pemerintahan Trump, dan bahkan hingga kini, memiliki ambisi besar untuk memindahkan produksi iPhone ke Amerika Serikat. Hal ini didorong oleh keinginan untuk mengurangi ketergantungan pada China dalam hal produksi teknologi penting.
Namun, realitasnya jauh lebih rumit. Para ahli berpendapat bahwa memindahkan seluruh operasi perakitan iPhone ke AS merupakan hal yang nyaris mustahil. Tantangannya bukan hanya sekedar biaya, melainkan juga masalah infrastruktur dan sumber daya manusia.
Kendala Besar: Tenaga Kerja Terampil dan Infrastruktur
Eli Friedman, mantan penasihat akademis Apple, menyebut gagasan memindahkan perakitan ke AS sebagai “fantasi belaka”. Apple sendiri, sejak 2013, telah berupaya diversifikasi rantai pasokan, namun AS bukan pilihan utama.
Vietnam dan India menjadi lokasi alternatif yang lebih realistis. AS, di sisi lain, menghadapi kekurangan tenaga kerja terampil dalam skala besar dan infrastruktur yang memadai untuk menandingi kompleksitas rantai pasokan yang sudah terbangun di China.
Tinglong Dai, profesor bisnis di Universitas Johns Hopkins, menekankan kekurangan tenaga kerja terampil sebagai hambatan utama. AS telah kehilangan kapasitas produksi dalam skala besar yang dibutuhkan untuk memproduksi iPhone.
Keahlian, Bukan Hanya Biaya Murah: Fokus Apple di China
Foxconn, mitra utama Apple dalam perakitan iPhone, mempekerjakan 300.000 orang di kota Zhengzhou, China, sebagai contoh skala operasi yang dibutuhkan.
CEO Apple, Tim Cook, pernah menyatakan bahwa pilihan China bukan semata karena upah murah, melainkan karena kualitas dan kuantitas tenaga kerja terampil yang tersedia di sana. Ketersediaan sumber daya manusia dengan keahlian spesifik menjadi kunci produksi iPhone.
Kesimpulan: Tantangan dan Masa Depan Produksi iPhone
Meskipun terdapat keinginan kuat untuk menggeser produksi iPhone ke dalam negeri, realitas rantai pasokan global menunjukkan betapa kompleks dan menantang proses tersebut. Keberhasilan produksi iPhone di China bukan sekadar soal biaya, tetapi juga tentang ekosistem manufaktur yang terintegrasi, infrastruktur yang memadai, dan terutama, ketersediaan tenaga kerja terampil dalam jumlah besar. Diversifikasi produksi ke negara lain seperti Vietnam dan India akan tetap menjadi strategi utama Apple dalam jangka panjang.
Ke depan, solusi yang lebih realistis mungkin terletak pada kolaborasi internasional dan pengembangan infrastruktur teknologi di berbagai negara, bukan sekadar memindahkan seluruh proses produksi ke satu negara saja. Perlu investasi besar dan strategi jangka panjang untuk menyamai kompleksitas rantai pasokan yang sudah mapan di China.